#SatuCatatan KAMPANYE

Hari itu di Akhirat, sekerumunan warga unjuk protes kepada Tuhan, ditunjuk tunjuklah orang yang masa hidupnya dianggap bersalah oleh para warga tersebut.


Pagi itu jatahmu bukan? Lalu kau berteriak di panggung itu seperti ini :


“Tak akan kubiarkan ladangmu kosong pun lalu diisi oleh debu, dan anak anakmu meneriakkan ikrar kelaparan, lalu kau hanya mengais makanan sisa milik tetangga kaya raya. Tak akan kubiarkan harga beras lebih tinggi dari badan dan tangan kalian sehingga kalian tidak mampu melompat untuk menggapainya. Tak akan kubiarkan uang uang itu berputar di kalangan elit saja, akan kuputar pada kalian semua. Aspirasi kalian lancarrrr… didengar pemerintah pusat. Pilih saya, pilih saya!!”


Lalu kau kami pilih. Kami percaya padamu. Tapi sungguh sialan kami melihatmu tertidur ngorok di kursi goyang yang kami pilihkan untukmu? Lalu ladang kami kosong dan berdebu, lalu anak anak berteriak di dalam rumah kami yang bertembok tipis, membuat tetangga tetangga kaya bukannya membantu kami justru mengeluh, menyuruh kami pergi membeli beras yang harganya mencekik perut perut kami yang kosong. Lalu uang uang tercetak tanpa henti bagi para elit yang nyatanya tidak satupun dari kami menyentuhnya. Aspirasi apa yang kalian sampaikan ke pemerintah waktu itu. Kami tagih hutangmu hari ini, penipu!


Lalu orang orang yang mereka tunjuk itu berkata : Lalu sehari sebelum kalian memilihku, kalian menerima amplopan dariku begitu? Dengan senang hati begitu ? Bodoh, hal salah pun kalian mau.

̶̶ Pemrotes diam, malaikat diam.


Lalu pemrotes tadi berkata: kau tau itu salah dan tetap kau lanjutkan?

̶̶ Pun orang yang ditunjuk terdiam.Semua diam. Sadar sudah mereka. Apa yang mereka lakukan di pemilu, dulu di dunia


Datanglah Malaikat Malik menggeret mereka kembali ke neraka: Makanya jujur; katanya sambil tertawa. Tamat sudah.






(Tulisan ini ditulis 5 April 2020. Tidak ikut diterbitkan dalam antologi karena dinilai terlalu kontroversial)


Komentar

Postingan Populer