#SatuCatatan Sebuah Wasiat (?)

 


Nak,

Jikalau saja nanti kau telah menginjakkan kakimu ke dunia yang fana ini kemudian nanti-nanti kau temui diriku tinggal raga yang terbaring tanpa ruh di dalamnya, ingatlah bahwa aku tetap hidup dalam album-album hatimu yang bisa saja kau hidupkan sepanjang waktu. Lalu jikalau dirimu rindu lalu rindu-rindumu di tiap hari tidak terbendung jumlahnya, temani sepiku dengan keramaian doamu, untuk siangmu, lagi malammu. Ku memohon maaf mulai hari ini jika besok-besok ku tidak mampu menemani keseharianmu, memberikanmu ruang damai sepanjang waktu, atau setidaknya menjadi orang yang selalu hadir mendengar keluh kesahmu. Aku sungguh meminta maaf nak, sungguh-sungguh.


Jika benar suatu hari nanti kau temui mataku terpejam, ragaku yang telah dingin dan kaku, aku menyerahkan seluruh perasaanmu kepada dirimu sendiri. Menangislah jika hal itu sungguh memukulmu, namun kuharap dirimu tak perlu berlama-lama jatuh dalam kesedihanmu. Nak, tidaklah engkau merasa kesepian di dunia ini tanpaku, karena berjuta manusia di dunia ini akan menjadi temanmu, melewati musim panas dan dingin puluhan kali bersama, mempertahankan hidup di dunia demi tujuan yang semoga tidaklah fana. Lalu amal ibadahmu yang akan menemani jalan lanjutanmu, seperti jalan yang sedang kulalui ini, nak.


Nak, tidak perlu kamu nanti mencari, mempertanyakan, menunjuk langit sambil bertanya "Bunda di sebelah mana?" sungguh itu tidak perlu, Nak. Aku selalu hidup dalam rindu yang membuncah, untaian doa, dan isi hatimu. Tuhan Maha Mengetahui jalan terbaik untukmu, semoga dirimu ditunjuki-Nya jalan yang lurus, dan kita bisa bertemu nanti di dunia yang waktunya berjalan sejati, berkumpul dalam kebahagiaan yang tidak akan habis dimakan waktu. 


Komentar

Postingan Populer