#satucatatan Hal: Surat Selanjutnya



Selamat pagi, siang, sore, juga malam. Perkenalkan lagi jika namaku ternyata putri bulan, gadis pinggir kota satelit, atau juga si pencatat, kukembalikan lagi kepada dirimu ingin menyebutkan yang mana, kemudian aku tidak peduli dengan siapapun nama aslimu karena diriku yakin surat ini hanya pada dirimu sampainya.

Baik Tuan, masuk ke isi pembicaraannya. Aku baru-baru ini berpikir jika saja diriku bercita-cita jadi penulis skrip pementasan, atau drama, atau film yang nantinya diputar di layar-layar besar ibukota pikiranku, mau kutuliskan cerita-cerita tentang bermacam hal. Cerita tentang hidup, atau petualangan fantasi, atau bermacam hal lainnya yang diriku juga menjadi pemilik sudut pandang pertama. Maka dengan itu, bolehkah jika nanti kamu yang nanti jadi pemeran utamanya? Aku akan berusaha sekuat tenaga menjadikan jalan ceritanya mampu mencapai koda yang indah, walaupun kelihatannya ceritanya berjalan penuh dengan liku, namun bukankah sebuah cerita memang seharusnya seperti itu?

Tuan, jika diperbolehkan, ceritaku ingin kutuliskan dengan akhir bahagia (meskipun aku selama ini selalu beranggapan bahwa hal tersebut tidak ada), kutuliskan seperti itu karena dirimu disana. Ku yakin dalam ceritanya akan tertulis penuh liku, jika diibaratkan jalan pasti lebih mirip jalan berbatu, tapi kalau boleh lagi, aku ingin berkata bahwa diriku selalu yakin dengan bahwa ceritaku akan tiba di akhiran yang semoga bahagia.

Kutegaskan lagi tuan, dirimu bolehkah jadi pemeran utama pementasan, atau drama, atau lagi film dari skrip yang kutulis lalu nantinya diputar di layar-layar besar ibukota pikiranku?

 

Salam dari pinggiran kota satelit yang panas ini

 

 

Aku, Si Pencatat


Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer